Minggu, 21 Juni 2015

Ketika Jarak Datang dan Menetap

Lupakan dulu kisah saat mempersiapkan masa pernikahan.
Lupakan juga curhatan tentang pengalaman pertama menjadi seorang istri.

Hari ini biarkanku bercerita tentang jarak.
Hal yang dulu kami akrabi dan kembali menengahi.

Jarak memang tidak selalu menjadi kawan, namun tidak melulu menjadi musuh.

Saat hati dan panas dan pertengkaran siap pecah, jarak kadang mampu memberi ruang.
Membiarkan hati mendingin.
Jarak yang ditarikpun tidak harus jauh.
Secukupnya.. sekedar berpindah dari kamar ke ruang tamu pun terkadang cukup.

Yang sulit adalah me-manage emosi yang timbul yang datang bersama jarak.
Bukan tentang seberapa jauh ia, namun seberapa mampu membuatnya berhenti dengan tepat.
Meski hanya terpisah oleh dinding, namun jika hati memilih untuk memilih bersikap tidak peduli,
maka yang tercipta adalah bentangan kekosong yang jauh lebih panjang dari sekedar
Bandung - Mamuju.

Namun, jumlah kilometer yang tercipta tidak melulu menjadi masalah jika ada kesabaran dan kehangatan.
Kesabaran untuk menanti hingga datangnya saat celengan rindu bisa dipecahkan.
Kehangatan untuk bisa membuat perasaan tetap terhubung.

Sayangnya ada beberapa saat di mana jarak bisa melemahkan.
Salah satunya adalah saat tubuh terbaring tak berdaya.
Demam yang datang di tengah malam dan membangkitkan rasa sepi.
Tidak ada sosok yang bisa kau bangunkan.
Tidak ada pelukan yang bisa membuatmu kuat.
Dan tidak ada tangan yang akan menghapus air matamu akibat demam yang mulai terasa tak tertahankan.
Hal ini memunculkan perasaan yang sangat tak tertahankan.
Kesepian. Sendirian.

Fiuh, bahkan perempuan yang selalu merasa mampu berjuang sendirian pun kadang merasakan kelelahan.
Bahkan mungkin lebih lelah dari perempuan yang selalu mampu bersandar pada orang di sekelilingnya.
Dan jika saat - saat seperti itu datang, maka jarak terasa seperti luka sayatan sedikit demi sedikit dan membunuh pelan - pelan.

Tidak ada yang mudah dalam hubungan yang terpisahka jarak.
Sayangnya, saya bukanlah perindu yang baik.
Jarak selalu terasa seperti belati yang membunuh.

Salam,
Atria Authar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar